Kamis, 28 Juli 2011

RAJA DALAM DIRI KITA

Ada kiriman email dari teman aku di internet. Semoga bisa menjadi inspirasi buat diri kuta maupun orang lain :

Kita adalah RAJA dari pikiran
kita sendiri.

Oleh sebab itu usahakanlah selalu
berprasangka positif, dan hindari
pikiran negatif.

Sebagai 'raja' yang baik, kita
harus mampu untuk slalu memilih
respon positif, meski di tengah
lingkungan paling buruk sekalipun!


Jangan pernah berkata atau merasa
'aku gak layak..'  Bercita-citalah
yang besar... berpikirlah maju!

Kita tidak diciptakan untuk menjadi
kalah, tapi diciptakan untuk
memberikan kemenangan!
:-)


Ahira
Asian Brain, CEO
http://www.AsianBrain.com

Internet Marketing Center

Rabu, 27 Juli 2011

My friend


Hai my friend (Mamah Ester, Mamik, Andie, Yani, Minggrani, Arisanti, Watik ) masih ingatkah kalian ama teman administrasi jurusan yang sombong karena gak pernah ngumpul sama kita. Si Surono. Surono yang kalem, dan senantiasa tersenyum dengan menumpuknya kerjaan administrasi.Yach iyalah dia khan cowok, makanya gak mau kumpul ama kita-kita.dari Administrasi yang ada cuma dia yang beda.

Friend,.... masih ingatkah kalian dengan istilah : " Kita itu main tapi dibayar ". Soalnya gaji yang harus kita terima jauh dibawah UMR kota Semarang waktu itu (tahun 1998). Jadi dari pada mikir gaji yang diterima maka kita senantiasa memberikan semangat kepada yang lain bahwa kita itu gak kerja tapi main dan tar tiap akhir bulan dapat gaji. Kalo gak salah waktu itu gaji kita 400 ribu sebulan.

Friend,... masih ingatkah kalian dengan Pak Gondrong ?  itu lho penjual soto yang suka mangkal didepan kantor kita. Sebelum beraktifitas dipagi hari kita suka pesen soto ama dia. Alhamdulillah bisa mengisi kekosongan perut kita.

Masih ingatkah kalian dengan hobby kita jalan-jalanan ke Mall. Seperti Sri Ratu, Matahari, Citraland, Java Mall. Tempat yang senantiasa kita satroni kalo kita lagi banyak pendapatan atau kalo hanya sedekar cuci mata lihat produk baru dengan melakukan perjanjian dahulu gak akan beli barang-barang just looking.

Friend.... Walau kita sering ketawa-ketiwi dan banyak yang cemburu ama kekompakan kita tapi kita juga sering lho berselisih paham dan suka kita lampiaskan. Untunglah kita termasuk bisa menyimpan pertengkaran atau selisih paham yang terjadi.

Friend,... masih ingat gak kalo kita dulu sering banget dapat traktiran dari pada dosen karena mungkin kita baik hati ama mereka yach... seingat aku ada bakso, ada kue, dll.

Friend.... masih ingat gak dulu. Bila ada dari kita dateng terlambat kita suka menabsenkan dan berusaha curi-curi tuk bisa ngabsenin. Soalnya HRD-nya lumayan ....... (isi sendiri yach aku gak tega ngisinya), terutama kalo hari sabtu dan banyak alasan yang bisa kita berikan bila ditanya teman kita satu kumpulan kemana.

Friend,... masih ingat gak kita waktu mamah pusing 10 keliling buat jadwal laboratorium tuk para mahasiswa. Kita gak ngerjain kerjaan kita tapi malah membantu mamah tuk nurunin pusingnya. Walau turun jadi 8. hihihihi. Tar kalo dah gitu mamah suka traktir kita walau cuman es teh yang kita bagi-bagi..

Friend,... aku masih ingat lho saat kalian merayakan peringatan ulang tahunku didalam kelas saat aku mengajar, padahal aku udah sembunyi-sembunyi datengnya dan kelas juga sudah aku pindah masih saja kalian bisa mencariku. Antara malu dan senang, malu karena mahasiswaku jadi tahu aku ultah. Senang karena perhatian kalian pada diriku. Walau kue ultahnya kecil banget (yang gak akan bisa dibagi jumlah kita 6-7 orang) tapi itu jadi suprise buat aku dan tidak akan terlupakan walau aku lupa saat itu aku ultah yang keberapa yach..... hahahahaha. Selain dapat kejutan dipagi hari aku juga mendapatkan kado sepatu kerja warna abu-abu yang masih kusimpan walau sudah kumal dan gak bisa dipakai lagi. Mau dibuang sayang jadi ku taruh aja di loteng rumah. Dia aku bawa lho ampe ke Bogor.

Friend,... masih ingat gak kalian ama Bu Sinta. Walau dia dosen tapi dia suka juga nimrung dengan kita. Dan kita sering mendapat keluhan ttg beliau yang lumayan tegas kalo ama mahasiswa dari mahasiswa yang diajar ama dia.

Friend,.... walau sudah lama kita gak bersama lagi karena masing-masing keluar dari kerjaan tuk mencari penghasilan yang lebih tinggi dan ingin mencari tantangan yang baru maka satu persatu mulai terpisah dari surono, trus mingrani, ada aku, yani, andie, mamah, watik, arisantie, mamik (aku lupa urutannya tapi yang kuingat terakhir adminsitrasi jurusan yang tersisa adalah mamik..... hehehehehe walau sekarang dia juga sudah keluar). Kapan yach kita bisa kumpul lagi ???? surono ama yani gak tahu sekarang ada dimana, andie, arisanti, mingrani dan mamik ada disemarang mamah di manado, aku dibogor. Watik ikut suaminya ke …. (aku lupa) Yang disemarang aja susah kumpul pa lagi yang jauh. Tapi aku yakin kalian masih bisa mengingat memori yang pernah kita jalani dahulu sekitar 10 tahun yang lalu.

Selasa, 26 Juli 2011

TAK ADA ROTAN AKARPUN JADI

Selasa, 26/07/2011 05:54 WIB 

Oleh Abi Sabila

Pak Darmawan dan keluarga baru saja selesai sarapan ketika seseorang mengetuk pintu rumah mereka.
“Assalamu’alaikum…!” sang tamu mengucap salam.
“Wa’alaikum salam!” Demi mendengar tamunya adalah seorang perempuan, Bu Darmawan segera beranjak ke ruang tamu untuk membukakan pintu. Seorang perempuan setengah baya tersenyum saat pintu terbuka.
“Siapa, Bu? Kok tamunya nda diajak masuk?” tanya Pak Darmawan dua menit kemudian saat sang istri kembali ke ruang makan.
“Ibunya si Fulan, Yah. Beliau agak terburu-buru, jadi nunggu di teras saja katanya.”
Sebenarnya tidaklah terburu-buru, bahkan sang tamu enggan pulang bila tak membawa apa yang ia butuhkan. Ia hanya merasa tak enak, pagi-pagi sekali telah mengetuk pintu rumah tetangganya.
Bu Darmawan akhirnya bercerita bahwa kedatangan ibunya si Fulan adalah untuk meminjam sejumlah uang guna membayar rekening llistrik mereka yang sudah menunggak dua bulan. Yang menjadi masalah, kondisi keuangan keluarga Pak Darmawan tak jauh lebih baik dari keluarga si Fulan.
Seminggu yang lalu, anak salah satu kerabat Pak Darmawan masuk rumah sakit dan harus dioperasi karena penyakit yang cukup serius. Dan untuk itulah seluruh uang tabungan Pak Darmawan dipinjamkan. Hanya tersisa beberapa rupiah, cukup untuk belanja sehari-hari, itupun sang istri harus pintar-pintar berhemat agar cukup sampai Pak Darmawan gajian.
“Bagaimana ini, Yah?” Bu Darmawan memecah keheningan.
“Ibu tadi bilang mau meminjaminya?”
“Tidak, Yah. Ibu bilang kalau keuangan kita juga sedang tidak lebih baik dari mereka. Tapi ibunya si Fulan berharap sekali kita bisa meminjamkan uang pada mereka. Akhirnya, ibu bilang kalau ibu mau tanya sama Ayah dulu, barangkali Ayah masih punya sedikit tabungan.”
Pak Darmawan tersenyum. Tak perlu bertanya, sebenarnya sang istri sudah tahu jawabannya. Merahasiakan tabungan bukanlah kebiasaan Pak Darmawan. Seluruh uang gajian ia serahkan kepada sang istri untuk dikelola. Ia hanya mengambil secukupnya untuk ongkos kerja, membeli bensin dan sekedar cadangan kalau dalam perjalanan sepeda motornya rusak atau terjadi hal-hal diluar dugaan. Dan bulan ini, meski tak ada kerusakan ataupun kejadian tak terduga lainnya, anggaran itu akhirnya terpakai juga untuk menutupi uang belanja istrinya. Seperti diceritakan di depan, salah satu kerabat mereka sedang tertimpa musibah, dan setelah semua tabungan dikuras, mereka hanya mampu membantu tak lebih dari setengah biaya operasi.
“Yah, ibunya si Fulan masih menunggu di teras.” Bu Darmawan mengingatkan. Bisa atau tidak, ia harus segera menyampaikan. Tak enak bila membuat tamunya menunggu lama hanya untuk jawaban yang membuatnya kecewa.
“Ibu masih punya persediaan beras, gula, minyak atau kebutuhan dapur lainnya?”
“Masih, tapi rata-rata hanya cukup untuk beberapa hari ke depan. Mudah-mudahan cukup sampai Ayah gajian. Tapi kalau mie instant, kita masih punya banyak persediaan. Memangnya kenapa, Yah?” Bu Darmawan balik bertanya. Bingung.
“Kita masih punya persediaan mie instan?” raut wajah Pak Darmawan terlihat lebih cerah. Sebuah solusi telah ia temukan. “Berikan beberapa bungkus pada ibunya Fulan!”
“Yah, ibunya si Fulan kesini pinjam uang untuk bayar rekening listrik, bukan pinjam beras, gula, minyak ataupun mie instan!” Bu Darmawan mengingatkan.
Pak Darmawan tersenyum ringan. “Tak ada rotan, akarpun jadi. Tak ada uang untuk dipinjamkan, memberi mie instan pun jadi. Ayah tahu, tak mungkin membayar rekening listrik dengan mie instant. Kalaupun bisa, mana cukup persediaan mie kita untuk membayar semuanya. Tapi setidaknya, kalau kita berikan mie instan, syukur kalau masih ada kebutuhan dapur lainnya yang bisa ibu tambahkan, ibunya si Fulan bisa menghemat uang belanja untuk hari ini. Kita tak mungkin membiarkannya pulang dengan tangan hampa kan, Bu?”
“Apa nanti beliau nda tersinggung, Yah? Ibu takut nanti malah kita disangka menghina,” tanya sang istri ragu.
“Ibu sampaikan saja secara baik-baik. Tak ada maksud lain, kecuali kita hanya ingin sekali membantunya. Hanya saja, kondisi keuangan kita sedang tidak memungkinkan. Tak perlu cerita yang sebenarnya, nanti malah jadi membuka aib orang. Insya Allah, diawali dengan niat yang tulus, disampaikan dengan kata-kata yang sopan dan halus, maka Allah akan membukakan hati beliau sehingga tidak berfikir negatif, tidak merasa direndahkan, karena kita tak pernah bermaksud demikian. Semoga saja, beliau bisa segera dapat pinjaman dari orang lain.”
“Aamiin. Kalau begitu, ibu ambilkan mie instannya dulu.”
“Ya! Dan tolong sampaikan pada ibunya Fulan, sebenarnya lebih baik kalau beliau masuk saja, tidak menunggu di teras. Kalau ada orang yang melihat kan nda enak, takut menimbulkan fintah.”
“Baik, Yah. Insya Allah nanti ibu sampaikan.”
http://www.abisabila.com


Kisah diatas mungkin bisa menjadi inspirasi buat kita tentang apa itu pemberian. dan kita juga mungkin mengalami hal seperti ini didalam kehidupan yang ada disekitar kita.


Senin, 25 Juli 2011

Bingung

Senin ini banyak aktifitas yang harus dilakukan setelah minggu-minggu kemaren berkelut dengan berbagai aktifitas yang melelahkan secara fisik dan pikiran. Hari ini dalam pikiran aku banyak sekali aktifitas yang sudah menjadi perencanaan aku malam sebelumnya. Keesokan semua aktifitas yang ingin aku lakukan dihari itiu biasanya sudah kutuliskan dibuku angenda aku yang senantiasa menemani aku setiap harinya. Tapi hari ini agenda itu masih kosong,... blum ada coretan dari diriku. Bingung tuk menuliskan targetan aku hari ini. Ada beberapa aktifitas yang telah aku lakukan pagi ini begitu sampai ditempat kerja seperti koordinasi dengan teman sekerja mengenai hal-hal yang beredar dikantor (isu-isu publik gitu lho...).

Mungkinkah isu-isu (sebenarnya bukan isu baca : informasi) yang beredar dikantor secara tidak langsung mempengaruhi kerja tuk sesaat. Fenomena perubahan yang terjadi dari kantor pusat mau tak mau membuat aktifitas sedikit tersendat walaupun itu hanya sesaat. Yach maklumlah perubahan besar-besaran dari kantor pusat baru diberitahukan kepada kantor aku minggu kemaren tepatnya hari rabu. (jadinya belum tuntas seminggu ). Untung bos aku bisa memberikan informasi yang tidak membuat kami dikantor jadi semakin bertanya-tanya dengan perubahan yang terjadi beliau bisa menentramkan hati kita sebagai karyawan. hehehehehehe.

Bolongnya agenda bisa disebabkan oleh targetan awal yang harus ku selesaikan bulan ini menjadi kendor karena targetan tersebut harus diundurkan waktunya sampai ada pembahasan lebih lanjut mengenai targetan tersebut diawal bulan agustus. Biasa kalo targetan agak molor khan kita jadi agak santai.... itu dia yang aku gak terlalu suka. Padahal kalo di patok terus dengan targetan aku kadang juga liyer alias pusing. hehehehehe.
Namannya juga pegawai.

Tapi dengan adanya infomasi yang baru kemaren ada beberapa hal positif yang bisa diambil pelajaran yaitu aku bisa buat laporan yang tertunda yang belum ku kerjakan. Seharusnya laporan itu sudah selesai awal bulan juli kemaren. Mudah-mudahan bisa dikerjar sampai minggu ini, sampai hari jumat.