Selasa, 22 Februari 2011

Tergantinya hati yang hilang

Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk bisa melupakan dirinya yang pernah ada didalam hati aku, bukan juga waktu yang singkat untuk bisa melupakan masa-masa yang pernah dialami bersama. Tapi setelah sepuluh tahun ku jalani hariku tanpa dirinya, akhirnya aku telah mendapat jawaban atas semua doa yang aku panjatkan kepada Allah SWT.

Awal aku berkenalan dengan dirinya melalui dunia maya yang saat itu sedang ngetren yaitu MIRC. Berawal dari situ dia sering menelpon ke tempat kerja aku di sebuah lembaga pendidikan .  Kita sering membuat janji tuk chat lagi lewat MIRC, hingga akhirnya ada kedekatan yang terjalin walaupun kita tidak pernah bertemu. Sejalan dengan waktu dan kesibukan aku mengajar, MIRC sudah tidak digunakan tuk ngobrol diganti dengan telpon ataupun lewat surat. Waktu itu Hp masih termasuk benda yang mahal sehingga wartel yang menjadi sasaran kunjungan aku tuk bisa ngobrol dengannya, terutama dimalam hari. Kalo tidak aku yang telpon dia yang akan telpon kerumah tapi lebih seringnya dia yang telpon kerumah (gak mau rugilah diriku....... sudah capek ngajar masih harus mantengin wartel). Atau kalo emang ingin tidak sekedar ngobrol biasanya kita melalui surat.

Sampai akhirnya setahun perkenalan di udara kita ketemuan. Waktu itu ada tugas kantor dia yang membuat dia harus berkunjung ke kotaku tercinta. Setelah dia berkelut dengan tugas dari kantor akhirnya ada waktu tuk bertemu. Awalnya sich canggung, kaku dan tak tahu harus bilang apa tapi lambat laut semuanya bisa teratasi dengan baik tanpa ada kecanggungan dan kekakuan.

Setelah pertemuan tersebut hubungan kita berdua menjadi semakin dekat hingga dia bilang kalo dia itu sayang sama aku. Cewek mana yang tidak berbunga-bunga saat ada cowok bilang sayang.. ceile... suit-suit. Namun semuanya tidak berlangsung lama sekitar 1  tahun setelah pertemuan itu ada sesuatu yang membuat hati aku jadi ragu dan bertanya-tanya tentang dia sebenarnya. Aku coba mencari sebisa mungkin informasi yang berkaitan dengan dia, dan baru aku sadari bahwa referensiku tentang teman-teman dia sangat sedikit dan itu yang membuatku susah untuk mendapatkan informasi tentang dia. Hingga akhirnya aku mendapatkan nomer telpon rumah orang tua dia. Dengan kebulatan tekad dan rasa ingin tahu yang tinggi akhirnya aku telpon rumah orang tua dia. Informasi yang kuinginkan terjawab sudah, lemaslah tubuh ini, sakit hati ini seperti dibelah dengan pisau yang cukup tajam. Ternyata dia telah menduakan aku dengan wanita yang lain. Dan wanita itu telah dinikahinya.

Dunia seperti kiamat kecil, enggan rasanya tuk melakukan aktifitas. Selama beberapa bulan aku jalani kehidupan dengan tertatih-tatih, rumah hanya sekedar tuk melepas lelah berangkat pagi pulang malam.

Aku mulai berusaha bangkit, aku tak akan mati karena patah hati, aku tak akan gila karena hati tersayat perih. Untunglah aku mempunyai sahabat-sahabat yang bisa mengerti kondisi aku yang sedang terpuruk cinta. Mereka adalah teman-teman ditempatku bekerja yang senantiasa menghiburku tanpa pernah menanyakan apa yang terjadi dan sedang ku alami.

Perlahan tapi pasti hatiku mulai tertata lagi serpihan hati yang hancur mulai kususun walau masih ada bekas retak yang tersisa. Akhirnya sosok yang lain datang mengisi hariku. Sosok itu beda jauh dari masa lalu aku, dia sangat pendiam, tak banyak kata-kata yang keluar dari bibirnya tapi didekatnya aku merasakan ketentraman hati, merasa terlindungi dan yang lebih utama dia bisa menenangkan hati saat aku merasakan gundah gulana. Sosok pendiam itu juga bisa merebut hati kedua orang tuaku sehingga mereka merestui hubungan aku dengannya dijenjang yang lebih diberkati Allah SWT yaitu pernikahan.
Allah memang Maha Mengetahui yang terbaik untuk hambanya dan aku bisa merasakan sifat Allah tersebut saat aku dipertemukan lagi dengan masa lalu aku, yang pernah membuat hatiku berkeping. Perasaan yang dulu pernah aku rasakan dengannya ternyata tidak ada lagi, tidak ada lagi getaran-getaran dalam hati. Terima kasih atas apa yang diengkau berikan kepadaku Ya Allah. Mungkin jika dulu aku tak Kau berikan coban seperti itu aku tak tahu apa jadinya diriku saat ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar